Simpang Peut yang terletak di kecamatan Kuala, 9 kilometer dari Jeuram dan 25 kilometer dari Meulaboh merupakan salah satu pasar mingguan terbesar di pantai barat Aceh. Ini merupakan pasar mingguan kebanggaan masyarakat Nagan Raya.
Pasar simpang Peut ini telah mengalami pasang surut perkembangannya. Tahun 1980-1998 merupakan era kejayaan pasar ini. Pada decade ini pasar simpang peut merupakan pasar yang Sangat sibuk dan menjadi rujukan bagi setiap warga yang ingin berbelanja di pantai barat Aceh. Pasar Simpang Peut terkenal sampai ke Tapak Tuan, Blang Pidie, Singkil dan Aceh Jaya. Dan menjadi rujukan bagi setiap pedagang maupun pembeli.
Era ini juga orang yang mengakses pasar ini yang diadakan setiap hari minggu. Ratusan ribu orang mengadakan transaksi penjualan dan pembelian lewat pasar ini. Harga barang menjadi rujukan bagi setiap pembeli karena sudah menjadi tradisi bahwa harga barang disini lebih murah dibandingkan tempat-tempat lain. Terutama sekali barang-barang pertanian, ternak.
Hal ini disebabkan, Nagan Raya pada era 1980-1998 meruapakan kawasan penduduk transmigrasi di Aceh. Sehingga produktifitas dari penduduk transmigrasi sangat melimpah didukung oleh kawasan yang luas dan jumlah penduduk transmigrasi yang banyak hampir seimbang dengan penduduk asli di Nagan Raya.
Era 1999-2004 merupakan era suram bagi pasar simpang peut. Era ini merupakan era konflik antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan Pemerintah Indonesia. Dimana GAM menuntut untuk berpisah dari Republik Indonesia. Sehingga melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia. Melakukan serangkaian gerilya. Sehingga pemerintah Indonesia melakukan operasi untuk menstabilkan keamanan menurut pemahaman Pemerintah Indonesia. Sehingga sering terjadi kontak senjata atau sweeping dan penahanan terhadap orang yang diduga membantu kedua belah pihak.
Rentetan kejadian ini menyebabkan banyak pedagang yang tidak berani berjualan lagi di pasar. Karena adakalanya sweeping dilakukan di pasar bahkan pernah kejadian kontak senjata disaat pedagang dan pembeli sedang melakukan transaksi. Untuk menghindari ekses dari peristiwa tersebut banyak pedagang yang tiarap tidak berani berjualan lagi di pasar simpang peut. Yang paling krusial bagi perkembangan pasar ini juga adalah eksodusnya para trasmigrasi
Bersambung
Pasar simpang Peut ini telah mengalami pasang surut perkembangannya. Tahun 1980-1998 merupakan era kejayaan pasar ini. Pada decade ini pasar simpang peut merupakan pasar yang Sangat sibuk dan menjadi rujukan bagi setiap warga yang ingin berbelanja di pantai barat Aceh. Pasar Simpang Peut terkenal sampai ke Tapak Tuan, Blang Pidie, Singkil dan Aceh Jaya. Dan menjadi rujukan bagi setiap pedagang maupun pembeli.
Era ini juga orang yang mengakses pasar ini yang diadakan setiap hari minggu. Ratusan ribu orang mengadakan transaksi penjualan dan pembelian lewat pasar ini. Harga barang menjadi rujukan bagi setiap pembeli karena sudah menjadi tradisi bahwa harga barang disini lebih murah dibandingkan tempat-tempat lain. Terutama sekali barang-barang pertanian, ternak.
Hal ini disebabkan, Nagan Raya pada era 1980-1998 meruapakan kawasan penduduk transmigrasi di Aceh. Sehingga produktifitas dari penduduk transmigrasi sangat melimpah didukung oleh kawasan yang luas dan jumlah penduduk transmigrasi yang banyak hampir seimbang dengan penduduk asli di Nagan Raya.
Era 1999-2004 merupakan era suram bagi pasar simpang peut. Era ini merupakan era konflik antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan Pemerintah Indonesia. Dimana GAM menuntut untuk berpisah dari Republik Indonesia. Sehingga melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia. Melakukan serangkaian gerilya. Sehingga pemerintah Indonesia melakukan operasi untuk menstabilkan keamanan menurut pemahaman Pemerintah Indonesia. Sehingga sering terjadi kontak senjata atau sweeping dan penahanan terhadap orang yang diduga membantu kedua belah pihak.
Rentetan kejadian ini menyebabkan banyak pedagang yang tidak berani berjualan lagi di pasar. Karena adakalanya sweeping dilakukan di pasar bahkan pernah kejadian kontak senjata disaat pedagang dan pembeli sedang melakukan transaksi. Untuk menghindari ekses dari peristiwa tersebut banyak pedagang yang tiarap tidak berani berjualan lagi di pasar simpang peut. Yang paling krusial bagi perkembangan pasar ini juga adalah eksodusnya para trasmigrasi
Bersambung
Comments