Skip to main content

Tilang

Warga Nagan mungkin anda pernah mengalami yang namanya tilang kan? Pasti yang pernah naik motor atau mobil dan sering melakukan kesalahan sendiri, melanggar rambu-rambu lalulintas akan ditilang oleh Polisi. Masih untung di Nagan dan Meulaboh sampai sekarang ini belum begitu ketat aturan lalulintas dilakukan oleh Polisi. Tapi apabila akan lebih ketat anda mungkin pasti akan mengalami yang namanya tilang. Dan berikut ampon akan memposting pengalaman dari salah satu teman di Jakarta dalam salah satu blog, moga ada manfaat.

Pengalaman I :

Berhubung mobil lagi gak bisa diajak keliling2 siang ini saya ke kantor naik motor andalan... sampailah muter di depan Mall Arta Gading... Pas muter saya dihadang oleh polisi..
Berikut kira2 pembicaraan saya dengan Bpk. Polisi :

Polisi : Selamat siang mas, bisa lihat SIM dan STNK?
Surya : Ok Pak...
P : Mas tau..kesalahannya apa?
S : Gak pak
P : Ini nmr Polisinya gak seperti seharusnya neh ( sambil nunjuk ke plat nomor motor saya yg memang gak standart..) sambil langsung mengeluarkan jurus sakti mengambil buku tilang... lalu menulis dengan sigap.
S : Pak, jgn di tilang degh...wong plat aslinya udah gak tau ilang kemana... Kalo ada pasti saya pasang pak.
P : Sudah...saya tilang saja...kamu tau gak banyak motor curian skrg...(dengan nada keras!!)
S : (dengan nada keras juga ) Lah!! Motor saya kan ada STNKnya pak, ini kan bukan motor curian!!!
P : Kamu itu kalo dibilangin kok ngotot (dengan nada lebih tegas!!)! Kamu terima aja surat tilangnya (sambil menyodorkan surat tilang warna MERAH!).
S : Maaf pak saya gak mau yg warna merah suratnya.... Saya mau yg warna biru aja.
P : Hei!! (dgn nada membentak) Kamu tau gak sdh 10 hari ini form biru itu gak berlaku !!
S : Sejak kapan pak Form Biru surat tilang gak berlaku?
P : Inikan dalam rangka Operasi kamu itu gak boleh minta form biru.... Dulu iyah kamu bisa minta form biru ...tp sekarang ini kamu gak bisa... Kalo kamu gak kamu ngomong sama komandan saya (dengan nada keras dan ngotot)!
S : Ok pak, kita ke komandan bapak aja sekalian (dengan nada nantangin tuh polisi)!
P : (dengan muka bingung) Kamu ini melawan Petugas!!
S : Siapa yg melawan bapak?!! Saya kan cuman minta Form Birunya... Bapak kan yang gak mau ngasih?
P : (sambil narik lengan saya) Kamu jgn macam2 yah,,,..saya bisa kenakan pasal melawan petugas!!!
S : Saya gak melawan Bapak!! (dengan nada kencang karena saya merasa gak nyaman dengan cengkraman tangan ke lengan saya) Kenapa bapak bilang form biru udah gak berlaku? Gini aja pak saya foto bapak aja degh... kan bapak yg bilang form biru gak berlaku (sambil ngambil HP nokia N70 kaliber 2 Mp).
P : Hei!! Kamu bukan wartawan kan , Kalo kamu foto saya, saya bisa kandangin motor anda (sambil berlalu dari saya).
S : Saya kejar itu polisi dan sudah siap melepaskan "shoot pertama"(tiba2 dihalau oleh seorang anggota polisi lagi).
P 2 : Mas, Anda gak bisa foto petugas seperti itu...
S : Lah si bapak itu yg bilang form biru gak bisa dikasih (sambil tunjuk polisi yg tilang saya).
Lalu si polisi ke 2 itu menghampiri polisi yg tilang saya.. Ada pembicaraan singkat terjadi antara polisi yg menghalau saya dan polisi yg nilang saya. Akhirnya polisi yg menghalau saya mendatangi saya.
P 2 : Mas mana surat tilang yg merahnya? (sambil meminta)
S : Gak sama saya pak.... Sama temen bapak kali tuh? (polisi ke 2 memanggil polisi yg nilang saya)
P : Sini tak kasih surat yg biru (dengan nada kesal, muka ***** (upsss sorry ))! Lalu polisi yg nilang saya menulis nominal denda sebesar Rp.30.600, sambil berkata, "Nih kamu bayar skrg ke BRI .. Lalu kamu ambil lagi SIM kamu di sini saya tunggu!
S : (sambil ngasih senyum Pepsodent) Ok pak ..gitu donk kalo gini dari tadi kan enak...

Langsung ngacir Ke BRI.... Hatiku senang banget walaupun ditilang, ngasih pelajaran berharga ke polisi itu....
Buat temen2 semua, n kalo ditilang kita berhak minta Form Biru... Gak perlu nunggu 2 minggu untuk sidang.. Si Polisi itu gak dpt apa2 ... Jgn pernah pikir gw mau ngasih DUIT DAMAI.... Hiii amit2... Mending gw bayar mahal ke negara...biar di pakai untuk pembangunan. .


INFO :

Polisi Lalulintas itu punya 2 slip. Slip Merah dan Slip Biru. Kalau Slip Merah, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara hukum. Kalau kita dapat Slip Merah, berarti kita akan disidang. Dan SIM kita harus kita ambil di pengadilan setempat. Tapi ngerti sendiri kan prosesnya? Nguantri yg panjang bgt.
Belom lagi calo2 yang bejibun.Tetapi kalau Slip Biru berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita tinggal transfer dana ke nomer rekening tertentu (BNI kalo ga salah). Abis gitu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan SIM kita di Polsek terdekat di mana kita ditilang.. Misalnya, kita ditilang diperempatan Mampang-Kuningan, kita tinggal ambil SIM kita di Polsek Mampang. Dan denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya itu tidak melebihi Rp. 50.000,- dan dananya resmi, masuk ke Kas Negara. Jadi, kalau ada Polantas yang sampe minta undertable Rp. 75.000,- atau Rp. 100.000,-, biasanya di Bunderan HI arah Imam Bonjol tuh, (sorry) but it's Bu**S**t! Masuk kantong sendiri.


Pengalaman II :

Trust me guys, I've been doing this before. Waktu kena tilang di Bundaran Kebayoran (Ratu Plaza). Saya memotong garis marka. Karena dari arah Senopati sebelumnya saya berfikir untuk ke arah Senayan, tetapi di tengah jalan saya berubah pikiran untuk lewat Sudirman saja. Dan saya memotong jalan. Saya berhenti di lampu merah arah Sudirman.

Dan tiba-tiba seorang polisi menghampiri dan mengetok kaca mobil. Dia tanya, apa saya tau kesalahan saya? Ya saya bilang nggak tau. Trus dia bilang kalau saya memotong garis marka. Saya cuman bilang, "Masa sih pak? Saya nggak liat. Maafin deh pak." Tapi dia ngotot meminta SIM saya.
Alhasil saya harus berhenti sejenak untuk bernegosiasi. Dia meminta Rp. 70.000,-. Dengan alasan, kawasan itu adalah Kawasan Tertib Lalulintas. "Nyetir sambil nelfon aja ditilang mbak!"Dia bilang gitu.

Saya kembali ke mobil, dan berbicara sama teman saya yang kebetulan menemani perjalanan saya. Teman saya bilang, "Udah kasih aja Rp. 20.000,- kalo ga mau loe minta Slip Biru aja." Dengan masih belum tau apa itu Slip Biru, saya kembali menghampiri pak polisi sambil membawa uang pecahan Rp. 20.000,-."Pak, saya cuman ada segini." Si polisi dengan arogannya berkata, "Yaahh.. segitu doang sih buat beli kacang juga kurang mbak," sambil tertawa melecehkan dengan teman2nya sesama`Polisi Penjaga`.

"Ya udah deh pak, kalo gitu tilang aja. Tapi saya minta slip yang warna biru ya pak!" Seketika saya melihat raut wajah ketiga polisi itu berubah. Dan dengan nada pelan salah satu temannya itu membisikkan, tapi saya masih mendengar karena waktu itu saya berada di dalam pos. "Ya udah, coba negoin lagi, kalo ga bisa ga papalah. Penglaris, Mangsa Pertama. Hahahaha..." Sambil terus mencoba bernego.
Akhirnya saya yang menjadi pemenang dalam negosiasi tersebut. Dan mereka menerima pecahan Rp. 20.000,- yang saya tawarkan dan mengembalikan SIM saya.

Dalam perjalanan, teman saya baru menjelaskan apa itu Slip Biru. So, kalo ditilang. Minta Slip Biru aja ya! Kita bisa membayangkan dong, bagaimana wajah sang polantas begitu kita bilang, "Saya tilang aja deh pak, saya mengaku salah telah menerobos lampu merah.Tolong Slip Biru yah!".
Pasti yang ada dalam benak sang polisi "Yaahh... ngga jadi panen deh gue..."

Drive Save, Drive Carefully & Cheers!

Comments

Popular posts from this blog

PEUKAN SIMPANG PEUT, PERJALANAN ZAMAN, PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN

Warga Nagan, berikut Ampon posting lanjutan tulisan tentang Peukan Simpang Peut. Ini adalah sambungan dari tulisan " Peukan Simpang Peut Panas Tak Lekang Hujan Tak Lapuk ". Tulisan ini merupakan sumbangan dari teman Ampon, Miska. Banyak cerita menarik ditemukan pada rentang waktu konflik Aceh ini, bagaimana susahnya para pedagang menjual barangnya. Banyaknya warga yang tidak berani mendatangi peukan mingguan ini. Sehingga menyebabkan pedagang mengalami kemunduran dalam penjualan dagangannya. Bagaimana para ibu-ibu rumah tangga menjerit harga bahan pertanian melonjak dengan sangat tinggi. Ongkos angkutan barang dari medan sebagai pemasok sebagian besar barang di Aceh pun naik secara signifikan, akibat dari naiknya setoran pungli yang dilakukan di jalanan. Eksodusnya para warga transmigrasi menyebabkan peukan simpang peut mengalami perubahan yang sangat signifikan. Banyak harga pokok produk pertanian seperti palawija, tahu, tempe dan produk ternak seperti ayam, kambing dan la...

Tiada judul - sapaan saja

Salam warga Nagan, Apa kabar semua warga Nagan. sudah lama Ampon tidak menulis di blog kita ini. bukan Ampon malas menjumpai warga Nagan, tetapi Ampon terjelang dengan kebosanan yang mendera parah. sehingga setahun sudah Ampon tidak menyapa warga Nagan. Sungguh waktu yang lama. Apalagi Ampon melihat tiada isu yang berkembang dengan wah. sehingga Ampon tiada latah untuk mengomentarinya. Dan inilah alasan utama bagi Ampon tiada menjumpai semua warga Nagan lewat dunia maya. Warga Nagan, ampon juga bingung kenapa warga Nagan semakin berkurang kritisnya. Apakah tiada lagi orang yang berani untuk kritis terhadap kebijakan pemerintah di Nagan Raya. Ampon bertanya itu di dalam hati. Kemana hampir 100 ribu warga Nagan?? Apakah kebijakan terhadap publik memang bisa dinikmati oleh semua pihak. Ataukah tekanan terhadap publik untuk bersuara sangat besar. Ada memang selentingan kabar yang Ampon dengar bahwa pembungkaman terhadap kekritisan seorang aktivis di Nagan Raya agar jangan sering berkomenta...

Dimana Ada Anak-Anak Nagan?

Warga Nagan, Tahukah warga Nagan semua, ternyata Warga Nagan adalah jago kandang banget. Warga Nagan hanya berani dan mampunya di kandang saja. Giliran di percaturan propinsi, regional atau nasional. Ternyata Nagan tidak ada apa-apanya. Eit... Pecinta Nagan jangan marah dulu. Kenapa Ampon mengatakan begitu. Mari kita telaah lebih lanjut. Warga Nagan tahu ada berapa orang anak-anak Nagan yang menjadi pejabat di tingkat Propinsi. Hampir tidak ada kan? Kalau pun ada hanya hitungan jari. Lalu kita naik sedikit ke tingkat regional Sumatera, hampir nihil anak-anak Nagan yang tidak ada yang menduduki pejabat publik atau pejabat lembaga swasta lainnya. Nah, jangan lagi ditanya lagi ke tingkat Nasional. Siapa warga Nagan yang menduduki pejabat publik atau swasta yang punya pengaruh besar untuk perubahan. Ternyata nihil sama-sekali. Warga Nagan boleh menggugat apa yang Ampon sampaikan bila itu salah. Satu lagi, sekarang ada era keterbukaan, era dunia maya. Internet menjadi suatu kebutuhan. Cob...