Warga Nagan,
Pernahkah anda membayangkan Nagan Raya kembali ke zaman Animisme yaitu kepercayan dari benda-benda yang memiliki kekuatan, dimana orang-orang di Nagan Raya masih mempercayai bahwa Tuhan itu bisa dari mana dan dari apa saja. Batu bisa menjadi Tuhan, Kayu besar yang rindang juga bisa menjadi Tuhan. Sungguh tidak bisa dibayangkan.
Mengapa Ampon menanyakan hal tersebut? Fakta berkata bahwa Nagan Raya memang banyak yang beragama Islam, bisa dikatakan 99% beragama Islam. Apalagi dengan kampanye Syariat Islam dengan dibentuknya Dinas Syariat Islam. Apakah itu menjamin bahwa Nagan Raya itu akan islam? Ampon meyakini tidak akan menjadi kebenaran. Karena kita merasa bahwa orang Aceh itu semakin dikerasi akan semakin melawan, akan mencari celah untuk bisa melawan bila dikerasi.
Pemerintahan Nagan Raya sebagai pemimpin masyarakat Nagan Raya masih lemah terhadap ini. Bahkan bisa dikatakan kurang memahami keinginan masyarakat lalu melakukan komparasi dengan program pemerintah.
Bukti yang paling sahih, adalah dalam dunia pendidikan di Nagan Raya. Coba perhatikan dan analisis berapa buah madrasah yang didirikan oleh Pemda Nagan Raya dan dinegerikan di Nagan Raya selama Nagan Raya terbentuk. Jawabannya NOL BESAR, tidak ada. Sungguh ironi, pendidikan umum seperti SMP atau SMA dua tahun didirikan langsung dapat negeri. Tapi berapa buah madrasah atas inisiatif pemda baik itu swasta atau negeri yang sudah dibuat. jawabannya juga NOL BESAR.
Pemerintah Nagan Raya bisa berdalih bahwa pengembangan madrasah itu sulit karena masih terkait banyak dengan belum otonomi penuh pendidikan keagamaan di madrasah. Namun ternyata pemerintah Nagan Raya juga tidak berusaha untuk mendirikan fasilitas pendidikan formal keagamaan dengan mendirikan madrasah swasta yang disubsidi pemerintah Nagan Raya sebagaimana sekolah umum lainnya.
Jadi pemerintah Nagan Raya dalam hal ini khususnya Dinas Pendidikan memang tidak ada kemauan untuk membuat madrasah yang representatif bila tidak ingin dikatakan bahwa dinas pendidikan Nagan Raya mengucilkan madrasah atau sekolah yang berbasiskan pendidikan agama dari wilayah kerja mereka.
Contoh yang paling sahih sekali lagi adalah pada penempatan guru-guru yang diseleksi oleh Pemda Nagan Raya. Tidak pernah satupun yang ditempatkan di madrasah. Padahal kita tahu tiap tahun selalu ada seleksi penerimaan guru baru. Tidak ada formasi untuk ditempatkan di madrasah samasekali. Dan kita juga tahu ada banyak anak-anak mereka yang bersekolah di madrasah seperti MTsN atau MAN dan MIN malah. Bagaimana madrasah bisa bersaing dengan sekolah umum karena kebanyakan guru-guru madrasah masih bersifat honorer, kerja masuk 6 hari dibayar hanya untuk kerja selama 3 jam. Sungguh tidak fair.
Apakah memang pemda tidak memiliki komitmen untuk membantu madrasah-madrasah dengan menempatkan pegawai daerah di madrasah ataukah memang hanya orang-orang picik di lingkungan pemda yang tidak rela madrasah lebih maju dari sekolah umum? kita tidak tahu itu hanya Allah jualah yang tahu apa yang ada dibenak mereka.
Ampon disini hanya mewakili mereka-mereka yang terpinggirkan untuk menggugat bahwa Nagan Raya itu bukan hanya milik pendidikan yang berbasiskan pendidikan umum saja, tapi juga milik orang-orang yang menempuh jalur pendidikan agama terutama madrasah sebagai sekolah formal.
Ayoo... Benahi Nagan Raya.
Ayoo bangkit.
Comments