Nagan Raya di wilayah pesisir barat Aceh identik dengan lahan pertanian yang subur yang mensupport beras untuk Aceh Barat dan sebagian Aceh Barat Daya. Namun pada kenyataannya banyak daya tarik lain selain sumberdaya padi dan beras yang bisa dikembangkan di Nagan Raya. Kabupaten ini juga identik dengan perkebunan luas baik milik perusahaan maupun milik perorangan. Dismaping itu setiap hari minggu di Nagan Raya ada pasar mingguan yang menggelar pasar mingguan yang perputaran uangnya sangat tinggi yaitu di Simpang Peut. Walaupun pada masa konflik Aceh (1999-2004) sampai saat sekarang sudah agak berkurang daya tariknya, hal ini banyak penyebabnya, dan salah satunya adalah banyaknya perpindahaan warga transmigrasi ke luar Nagan Raya. Namun untuk ke depan ini bisa menjadi ciri Nagan Raya yang bisa dikembangkan. Dan yang paling menarik lagi tentu saja sosial budayanya yang sangat kental dan khas bila dibandingkan dengan daerah tetangga lainnya di pesisir Barat Aceh. Nagan Raya terkenal dengan Karah Raya-nya yang menjadi kue ciri khasnya.
Namun potensi itu seakan menjadi tenggelam oleh potensi lain yang sedang berkembang dengan derasnya pembangunan dan masuknya dana di Nagan Raya. Budaya korupsi yang sudah sangat parah dan bahkan telah menjadi korupsi berjamaah yang dilakukan oleh hampir semua level perangkat kerja di Pemda Nagan Raya. Kejadian ini telah berlangsung sejak pemekaran Nagan Raya dari kabupaten Aceh Barat tahun 2002 lalu. Empat tahun periode pejabat sementara yang memerintah Nagan Raya, bahkan ini merupakan pejabat sementara terlama dalam sejarah kepala pemerintah kabupaten di Indonesia. Mungkin bisa masuk ke dalam rekor MURI (Musium Republik Indonesia).
Keinginan pendiri Nagan Raya adalah mendekatkan rakyat dengan pelayanan publik yang bagus, sehingga ketergantungan Nagan Raya terhadap Meulaboh bisa diminimalkan. Pembangunan bisa lebih terarah, ongkos yang dibayar untuk pelayanan publik juga bisa diminimalkan. Namun kekecewaan menghinggapi para pendiri Nagan Raya ini. Pelaksana Pejabat Sementara Bupati Aceh Barat melakukan proses pemerintahan yang membuat para pendiri Nagan Raya menjadi sangat kecewa.
Empat tahun, banyak tahapan-tahapan yang melanda Nagan Raya, konflik antara GAM dengan Pemerintah Pusat, Bencana Gempa Bumi maha dahsyat dan diiringi dengan tsunami hebat yang melanda Aceh dan menuai banyak simpati dari luar Aceh dan luar negeri. Aceh menjadi sangat terbuka, banyak organisasi bantuan yang datang membantu rakyat Aceh termasuk Nagan Raya. Terlepas dari misi masing-masing lembaga tersebut, namun ini membuat Aceh dan rakyat Aceh menjadi sangat terbuka. Puluhan dan ribuan tenaga sukarelawan masuk ke Aceh. Sehingga membuat persoalan yang ada di Aceh menjadi persoalan mendunia.
Pembangunan besar-besaran yang dimulai dengan rehabilitasi dan rekonstruksi daerah bencana. Pemerintah Indonesia tanggap dengan ini dengan membentuk sebuah lembaga koordinasi bantuan yang bernama BRR (badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Aceh Nias. Dan BRR membagi diri menjadi 4 wilayah pembangunannya. Sehingga proses pembangunan semakin bisa dikoornasikan, walaupun banyak proyek yang digelontorkan tidak sesuai dengan harapan orang banyak.
Bahkan pada tanggal 15 Agustus 2005 tercapai kesepatan antara pemerintah RI dengan GAM yang ditandai dengan MoU Helsinki yang menjadi tonggak bersejarah bagi Aceh menjadi daerah yang seolah-olah lahir kembali ke dunia ini. Kemudian ini diikuti dengan pilkada terdemokratis di seluruh Indonesia, yang berhasil melahirkan 1 orang wakil gubernur dan wakil gubernur berikut 19 bupati/wakil bupati dan walikota/wakil wali kota. Pilkada terbesar dalam sejarah Indonesia.
Pilkada bulan desember 2006 tersebut juga menjadi tonggak bersejarah bagi perkembangan Nagan Raya. Pilkada ini dimasudkan untuk melakukan pemilihan kepala daerah baru. Dan masyarakat anstusias untuk mengikuti proses ini termasuk para bakal calon kepala daerah. Buktinya ada 9 pasangan calon yang mengikuti proses pilkada ini.
Ada banyak kejadian menarik yang terjadi selama proses pilkada yang berlangsung tanggal 11 Desember 2006 tersebut. Pasangan T. Zulkarnaen yang juga pejabat sementara Bupati Nagan diunggulkan untuk memenangkan kembali pemilihan bupati ini. Namun ada banyak pihak juga meragukan hal tersebut. Sehingga pihak lawan politik beliau menjadi terpecah untuk masing-masing mengusung bakal calonnya. Dan akhirnya memang apa yang di prediksi oleh orang bahwa T. Zulkarnain akan naik lagi menjadi Bupati Kabupaten Nagan Raya menjadi kenyataan. Ternyata lawan-lawan politik T. Zulkarnain lupa menghitung bahwa untuk menang mereka harus kompak. Dan bukan berlomba-lomba untuk menjadi calon bupati. Kekalahan telak dialami oleh lawan-lawan politik T. Zulkarnain.
Dan disinilah mulai perkembangan baru Nagan Raya yang memang sudah memiliki problem yang pat gulipat, lawan politik atau pendukung calon bupati lainnya banyak yang dipangkas dari jabatan mereka, mereka dinon jobkan, ada juga yang dimutasikan ke tempat lain yang bila dilihat secara objektif tidak seharusnya mereka ditempatkan ditempat tersebut. Sementara pihak pendukung T. Zulkarnain seperti memperoleh durian runtuh. Posisi sentral banyak ditempati oleh mereka. Sehingga makin mengentalkan dugaan orang banyak bahwa kerajaan kecil telah terbentuk di Nagan Raya.
Namun ternyata ini tidak mudah, cobaan mulai mendera kepemerintahan T. Zulkarnain, dimulai dengan terbongkarnya kasus money loundering sebanyak Rp. 10 milyar yang menimpa Said Jamalul Quraish yang merupakan ajudan pribadi T. Zulkarnain ketika masih sebagai Pejabat Sementara Bupati Nagan Raya. Dan juga salah seorang anggota tim penggalangan dana kampanye pilkada T. Zulkarnain. Said Jamalul Quraish ditangkap oleh aparat dari Mabes Polri. Pada perkembangan selanjutnya kasus ini menjadi semakin menarik setelah persidangan dimulai, ada sepuluh orang pengusaha yang mengaku menjadi penyumbang dana kampanye T. Zulkarnain. Pengakuan ini menjadi menarik karena rata-rata penyumbang berkisar dari 800 juta sampai 2 milyar. Suatu dana yang sangat besar jumlahnya. Dan qanun pilkada Aceh dan UU Pemilu jelas-jelas melarang sumbangan perorangan melebihi Rp. 50 juta. Apakah pengakuan ini adalah suatu keniscayaan atau akan menjadi bumerang bagi kepemimpinan T. Zulkarnain ke depan. Waktu dan sejarah akan membuktikan. Wallahualam.
Dan dimulailah babak baru perkembangan pemerintah Nagan Raya dibawah kepemimpinan T. Zulkarnain. Usaha untuk melepaskan keterlibatan T. Zulkarnain akan banyak menguras tenaga dan konsentrasi pemerintahan Nagan Raya sendiri. Dan yang pasti juga akan mendorong penggunaan dana APBK Nagan Raya yang semakin besar untuk melepaskan T. Zulkarnain dari kasus ini. Karena kalau menggunakan dana pribadi dipastikan T. Zulkarnain dikenal bukanlah seorang yang memiliki dana berlimpah, dari hasil warisan atau usaha pribadi. Terserah apakah penggunaan dana APBK tersebut dilakukan secara legal ataupun tidak. Dan ini akan berdampak luas bagi perkembangan Nagan Raya sendiri.
Ini akan menjadi catatan yang menarik bagi perkembangan Nagan Raya kedepan. Apakah akan bangkit dari keterpurukan pasca gempa dan tsunami serta konflik yang berkepanjangan. Ataukan akan timbul konflik baru yang akan menjauhkan Nagan raya dari pembangunan dan kemajuan. Rakyat hanya mampu berharap dan mendorong agar pihak pemda dan segala perangkatnya bisa berfungsi dengan baik. Sehingga proses pelayanan publik di Nagan Raya semakin berjalan dengan baik. Pembangunan tidak menjadi tersendat. Dan Tuhan akan memberi jalan kepada setiap orang yang betul-betul serius untuk memberi manfaat kepada orang lain. Dan akan melempangkan jalan bagi yang benar-benar teguh dalam menjalankan amanah rakyat.
Adalah harapan semua orang Nagan Raya akan bersih dari segala konflik baik vertikal maupun horizontal. Sudah cukup konflik elit tidak melibatkan rakyat yang tidak memiliki pengetahuan memadai digiring untuk kepentingan pribadi dan golongan. Akankah Nagan raya terjerumus ke konflik horizontal ataukah bisa melalui tahapan ini semua sehingga Nagan Raya semakin bersinar, dan ini berpulang kepada para orang tua, ulama, cerdik pantai, pemikir, pejabat yang masih memiliki hati nurani dan seluruh rakyat Nagan Raya. Kedepan Nagan Raya terbebas dari segala prasangka dan curiga dan bersama-sama membangun kabupaten yang masih balita ini menjadi sejajar dengan kabupaten lain, baik dari segi pembangunan fisik maupun pembanguan demokrasi dan sosial budaya.
Gambaran Nagan Raya yang akan menjadi daerah penghasil beras dan lahan perkebunan yang menonjol semakin kabur. Karena semakin banyak potensi-potensi yang pindah ke luar Nagan raya, atau mencari pekerjaan lain. Bahkan banyak orang-orang tersebut mengapresiasikan bakat dan potensi yang mereka miliki di daerah lain. Dan ini kerugian besar bagi Nagan Raya. Bupati T. Zulkarnain diharapkan tidak mengulang kesalahan kedua yang menganggap lawan politik harus ditebas dan dibasmi habis, namun beliau mampu menjadi seorang manager yang baik dalam mengelola Nagan Raya dengan melibatkan semuja pihak apakah itu pendukung atau yang selama ini berseberangan untuk membangun Nagan Raya.
Kemudian masalah yang terbaru yang akan menjadi lumbung masalah di Nagan Raya adalah proyek pertambangan batubara yang dikelola oleh Metro group, dan turunan dari proyek ini yaitu pembangunan pabrik PLTU telah membuat masalah lingkungan yang bisa rusak parah bila tidak diantisipasi lebih dini. Persoalan pembebasan tanah yang tidak transparan dengan melibatkan broker tanah yang mengaku tim yang dibentuk pemda Nagan Raya, para ekspatriat yang menurut kabar bermasalah dengan visa dan keimigrasian. Pemda Nagan Raya diharapkan mampu membereskan persoalan itu sehingga menjadi potensi yang baik ke depan, bukan menyimpan bara yang suatu saat akan tersulut menjadi bom waktu. Dan berita terakhir memang telah ada penyelesaian yang adil dengan pemilik tanah tersebut. Namun ini bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintahan Nagan Raya kedepan. Dimana kasus-kasu tanah harus diselesaikan dengan segera, jangan lewat calo.
Dengan potensi yang dimiliki oleh Nagan Raya baik yang masih negatif maupun positif, penulis dan juga kebanyakan masyarakat Nagan Raya mengharapkan agar ini menjadi energi yang besar dalam pembangunan Nagan Raya ke depan. Ada banyak potensi yang belum tergarap, dan inilah yang menjadi energi terbesar di Nagan Raya. Energi persaudaraan dan kekerabatan yang masih tinggi. Penokohan terhadap kelompok Peuleukung yang masih sangat kental, yang kadang-kadang sangat meyayat hati, melihat pengkultusan terhadap Abu Peuleukung/Habib Muda Nagan yang sangat tinggi. Namun ternyata sebagian anak dan cucu-cucunya tidak sanggup menjaga ini. Mereka menganggap bahwa ini tidak akan berakhir. Untuk bisa terus maju dalam perkembangan dunia global pengkultusan suatu kaum harus ditinggalkan.
Partisipasi dari publik sangat dibutuhkan agar Nagan Raya ke depan menjadi lebih terbuka dari akses luar, sehingga tidak ketinggalan dari percaturan global.
Penulis : Abuya Abdullah Rahmat
Pengamat Sosial Aceh, tinggal di Banda Aceh
Comments
jika anda mengetahuinya, bolehkah saya minta beberapa referensinya?
terimakasih sebelumnya.